Tes ANA atau antinuclear antibody merupakan salah satu pemeriksaan yang sering dipakai untuk menunjang diagnosis penyakit lupus atau SLE (systemic lupus erythematosus). Terkadang sering kali pasien datang membawa hasil pemeriksaan ANA yang positif. Bagaimana interpretasinya? Apakah hasil ANA positif berarti menderita penyakit lupus? Mari kita coba jawab pertanyaan tersebut dengan memulai dari pengertian tes ANA.
Pembahasan mengenai tes ANA selain dari artikel ini juga dapat disimak pada video di bawah ini:
Daftar Isi
Definisi Tes ANA
Tes ANA adalah pemeriksaan yang ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap komponen dari sel, bisa protein atau komponen asam nukelat (dsDNA, RNA). Antibodi yang diperiksa tidak hanya satu melainkan dapat mendeteksi berbagai macam antobodi. Adapun metode yang dipakai ada dua macam yaitu dengan indirect immunofluorescence atau ANA IF dan enzyme-linked immunosorbent assay atau ELISA.
Metode Indirect Immunofluorescence (ANA IF)
Metode ini menggunakan cara dengan pada slide atau kaca pemeriksaan ditaruh sel mamalia (Hep-2 cell) yang dicampur dengan serum dari darah pasien atau subjek yang diperiksa. Campuran tersebut kemudian diinkubasi dengan menambah fluorochrome, suatu protein antibodi konjugasi terhadap IgG manusia. Fluorochrome ini adalah zat yang akan berpendar melalui proses fluoresensi karena mengandung zat fluorescin seperti fluorescein isothiocyanate (FITC).
Jika Anda memegang telepon seluler, maka jenis layar yaitu AMOLED memiliki prinsip kerja yang mirip dengan fluorescin. Dari hasil inkubasi ini kemudian dilihat dimikroskop dan dilihat pola sebaran warna fluorescin dan tempatnya baik di sitoplasma maupun di inti sel. Metode pemeriksaan ANA-IF dengan sel Hep-2 merupakan pemeriksaan baku emas untuk tes screening dari ANA. Di bawah ini adalah gambar metode cara pemeriksaan ANA-IF:
Parameter yang Dinilai pada Tes ANA-IF
Yang dinilai pada ANA-IF adalah pola sebaran antibodi serta titer antibodi. Terdapat beberpa macam pola yaitu:
- Pola homogen, dimana antibodi tersebar secara homogen di dalam sel. Penyakit yang berhubungan dengan pola ini adalah SLE, drug-induced lupus, dan juvenile idiopathic arthritis.
- Pola speckled inti atau nuklear, terdapat kumpulan seperti bercak, terutama di dalam inti. Terbagi lagi menjadi beberapa jenis:
- Nuclear dense fine speckled, distribusi menyeluruh di inti sel. Pola ini berkaitan dengan antigen DFS70/LEDGF, dimana jarang pada sindrom Sjogren, biasa terdapat pada sklerosis sistemik dan SLE. Jika ditemukan secara terisolasi (tanpa gejala), biasanya tidak berkaitan dengan penyakit autoimun dan banyak terdapat hasil positif pada individu normal
- Nuclear fine speckled, berupa bercak kecil merata di nukleoplasma. Antigen yang berkaitan dengan pola ini adalah SS-A/Ro, SS-B/La, Mi-2, TIF1γ, TIF1β, dan Ku. Adapun penyakit yang berkaitan adalah sindrom SJogren, SLE, dan dermatomyositis.
- Speckled kasar berupa bercak kasar dan besar di seluruh nuklepplasma. Antigen yang berkaitan adalah hnRNP, U1RNP, Sm, dan RNA polymerase III Adapun penyakit yang biasanya berhubungan adalah mixed connective tissue disease (MCTD), SLE, dan sklerosis sistemik.
- Pola sentromer, berkaitan dengan anti-CENP A, B, dan C, biasanya antibodi terhadap antigen ini berkaitan dengan limited cutaneous systemic sclerosis dan primary biliary cirrhosis (PBC).
- Pola nukleolar, dimana pola kecerahan terfokus pada komponen anak inti atau nukleolus, juga terbagi menjadi beberapa pola:
- Pola nukleolar homogen, berkaitan dengan PM/Scl-75, PM/Scl-100, Th/To, B23/nucleophosmin, nucleolin, dan No55/SC65. Penyakit yang berkaitan adalah sistemik sklerosis, dan overlap sistemik sklerosis dengan polimiositis (SSc/PM overlap)
- Clumpy nucleolar, berkaitan dengan U3-snoRNP/fibrillarin dan terdapat pada penyakit sistemik sklerosis.
- Punctate nucleolar, dimana terdapat titik-titik halus merata di anak inti atau nukleolus. Berkaitan dengan antigen RNA polymerase I dan hUBF/NOR-90, serta biasanya terdapat pada penyakit sistemik sklerosis (SSc) dan sindrom Sjogren.
- Pola nuklear dot, yaitu terdapat titik atau dots pada inti. Terdapat dua jenis pola
- Multiple nuclear dots, dimana terdapat 6-20 titik di inti, berikaitan dengan antigen Sp-100, PML proteins, dan MJ/NXP-2. Penyakit autoimun yang biasa berhubungan adalah PBC, SARD (systemic autoimmune rheumatic diseases), dan dermatomyositis.
- Few nuclear dots, terdapat 1-6 titik di inti, berkaitan dengan antigen p80-coilin dan SMN serta berhubungan dengan penyakit sindrom Sjogren, SLE, sistemik sklerosis, polimiositis, dan individu sehat yang asimtomatik
- Pola rim, atau kecerahan berfokus di membran atau batas inti dengan plasma. Terdapat beberapa pola yaitu
- Smooth nuclear envelope, dimana pada membran inti tergambar batas tipis yang halus. Berkaitan dengan protein inti lamins A, B, C, atau lamin-associated proteins. Berhubungan dengan penyakit SLE, sindrom Sjogren, dan artritis seronegatif.
- Punctate nuclear envelope, dimana pola titik di membran inti. Berkaitan dengan protein nuclear pore complex proteins (misalnya gp210) dan bisa ada pada penyakit PBC
- PCNA like, dimana terdapat bercak atau speckled di nukleoplasma. Berhubungan dengan protein PCNA dan ada pada penyakit SLE.
- CENP-F, dimana terdapat pola speckled pada inti dengan kecerahan yang bervariaasi dengan kecerahan paling cerah pada fase G1. Berkaitan dengan protein CENP-F dan berhubungan dengan penyakit kanker.
Tes ANA Metode ELISA (ANA Profile)
Metode yang kedua dari tes ANA adalah metode ELISA atau ANA profile. Pabrikan kit pemeriksaan menyediakan plat yang berisi barisan “sumur” yang berisi antigen. Serum pasien kemudian dimasukan ke dalam sumur-sumur tersebut diikuti dengan inkubasi oleh reagen. Antibodi yang terikat kemudian akan dihitung secara kuantitatif oleh kolorimeter. Untuk contoh hasil pemeriksaan ANA dengan metode ELISA dapat dilihat di gambar di bawah ini:
Pada gambar di atas, tampak bahwa hasil pemeriksaan positif lemah (+) atau borderline untuk antibodi anti PM-Scl100. Untuk interpretasinya sama dengan tes ANA-IF. Namun, dikarenakan positif lemah, maka belum tentu dapat disimpulkan penderita mengidap suatu penyakit autoimun.
Perbandingan Metode ANA-IF dengan ELISA
Pada dasarnya metode ANA-IF sama dengan metode ELISA. Bedanya adalah bahwa pada tes ELISA, antigen sudah dipisahkan dan interpretasinya lebih mudah untuk dibaca. Metode ANA-IF lebih membutuhkan keterampilan dan pengalaman pembaca hasil tes untuk dapat menginterpretasikan antigen apa yang positif pada serum yang diperiksa. Di sisi lain, tes ANA ELISA lebih mahal. Adapun perbandingan lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
ANA-IF | ELISA | |
---|---|---|
Waktu | Tinggi | Rendah |
Pelatihan laboran | Ekstensif | Mudah |
Pengawasan | Tinggi | Sangat tinggi |
Sensitivitas | Tinggi | Sedikit lebih rendah |
Spesivisitas | Rendah | Rendah |
Besaran informasi dari pemeriksaan | Moderat | Rendah |
Pola Hasil Tes ANA pada Beberapa Penyakit Autoimun
Selain penyakit lupus, terdapat beberapa kondisi penyakit autoimun lain yang berkaitan dengan tes ANA positif, yaitu sebagai berikut:
Penyakit autoimun | Frekuensi hasil tes ANA positif |
---|---|
Lupus/SLE | 95% |
Skleroderma | 95% |
Mixed connective tissue disease (MCTD) | 95% |
Sindrom Sjogren | 70% |
Tiroiditis | 45% |
Arthritis rheumatoid | 40% |
HIV | 15% |
Hepatitis C kronik | 10% |
Adapun tes imunologi lain yang dipakai dalam membantu diagnosis penyakit autoimun dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Spesivisitas | Frekuensi | Spesivisitas penyakit | Tes dengan | |
---|---|---|---|---|
SLE | ||||
dsDNA | 50-80% | Tinggi | ELISA | |
Sm | 15% | Tinggi | ELISA | |
Ribosomal P | 10% | Tinggi | ELISA | |
Skleroderma | ||||
Topo I | 15% | Tinggi | ELISA | |
Centromere | 25% | Sedang | IF | |
RNA polimerase III (RNAP III) | 20% | Tinggi | ELISA | |
PM/DM | ||||
Jo-1 (his-tRNA) | 20% | Tinggi | ELISA | |
RA | ||||
CCP | 70% | Sedang | ELISA | |
RF | 70% | Rendah | ELISA | |
Sindrom Sjogren | ||||
Ro/SS-A | 70% | Rendah | ELISA | |
La/SS-B | 40% | Sedang | ELISA | |
MCTD (mixed connective tissue disease) | ||||
U1RNP | 100% | Rendah | ELISA |
Interpretasi Tes ANA
Tes ANA semata tidak dapat dijadikan patokan untuk mendiagnosis seseorang menderita penyakit autoimun atau tidak. Harus memperhatikan kondisi lain baik keluhan pasien maupun kelainan-kelainan yang didapat dari pemeriksaan fisis maupun penunjang lain. Harus diperhatikan pula kadar atau titer dari tes ANA. Semakin kuat titer tentu semakin menguatkan kemungkinan adanya penyakit autoimun. Perlu diingatkan pula bahwa ada sekelompok orang sehat yang memiliki tes ANA yang positif.
Tes ANA Positif pada Individu yang Sehat
Dari data penelitian, ternyata sekitar 25% populasi sehat memiliki ANA positif dengan tier 1:40 atau lebih. Sekitar 5% populasi sehat juga memiliki ANA positif dengan titer setidaknya 1:160. Dari populasi ini, ternyata sebagian besar adalah perempuan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa dalam derajat tertentu terdapat proses autoreaktivitas namun masih dalam keadaan sehat. Memang hal ini mengartikan bahwa tidak semua individu dengan ANA positif memiliki penyakit lupus atau autoimun lainnya.
Tetapi, walaupun dalam keadaan sehat, ada sebagian orang sehat dengan hasil ANA positif ternyata kemudian hari menjadi lupus. Memang porsinya tidak besar dan penyebab pasti serta hal yang mencetuskan belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang berhubungan dengan potensi pencetus penyakit autoimun adalah estrogen, rokok, obat-obatan, sinar ultraviolet, dan infeksi virus.
FAQs Tentang Tes ANA
Tes ANA adalah pemeriksaan yang ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap komponen dari sel, bisa protein atau komponen asam nukelat (dsDNA, RNA)
Tes ANA menggunakan sampel serum darah. Terdapat dua metode pemeriksaan serum tersebut yaitu ANA-IF dan metode ELISA atau ANA profile
Titer pada tes ANA-IF adalah dilusi atau pengenceran. Pengenceran yang dimaksud adalah pengenceran terbesar dimana hasil tes masih positif. Misalkan pengenceran 1:1000 berarti setelah diencerkan sampai 1/1000 tes masih positif. Semakin besar pengenceran, berarti hasil positif semakin kuat. Tingkat pengenceran yang ada bisa 1:40, 1:80, 1:160, 1:320, dst
Diagnosis penyakit autoimun tidak bisa dilakukan hanya dengan pemeriksaan ANA saja. Harus dicocokan dengan gejala dan pemeriksaan lain. Pada kenyataannya, 5% dari populasi sehat apabila diperiksa hasil tes ANA positif dengan titer 1:160.
Pola pada ANA-IF menunjukan jenis antibodi khusus terhadap protein dalam inti sel. Contohnya speckled kasar berkaitan dengan antigen hnRNP, U1RNP, Sm, dan RNA polymerase III. Antigen ini berhubungan penyakit autoimun mixed connective tissue disease (MCTD), SLE/lupus, dan sklerosis sistemik.
Pada dasarnya jangan menjadikan tes ANA sebagai satu-satunya petunjuk diagnosis untuk penyakit autoimun. Sama dengan tes ANA-IF, ada orang sehat atau penyakit non autoimun dengan tes positif. Yang perlu diperhatikan adalah kekuatan hasil tes (borderline, positif +, positif ++, atau positif +++) dan antigen jenis apa yang positif. Misalkan dari pemeriksaan dsDNA positif +++. Apabila disertai temuan gejala berupa malar rash, ada radang sendi, dan rambut rontok, maka hasil tersebut cukup menjadi dasar untuk diagnosis penyakit lupus.
Kesimpulan
Tes ANA menggambarkan adanya autoantibodi yang membantu dalam menegakan diagnosis penyakit autoimun seperti SLE. Namun, hanya keberadaan autoantibodi saja (ANA tes positif) tidak berarti terdapat penyakit lupus. Hal ini petunjuk bahwa autireaktivitas pada orang sehat sebenarnya ada namun perlu ada suatu pencetus untuk mendorongnya menjadi suatu penyakit. Paparan beberapa zat lingkungan, faktor genetik, dan hormonal menjadi faktor lain yang bisa mencetuskan penyakit auotimun pada individu sehat yang sudah terdapat autoreaktivitas pada dirinya.
Sumber
- Buchner C, Bryant C, Eslami A, Lakos G. Anti-Nuclear Antibody Screening Using HEp-2 Cells. J Vis Exp. 2014 Jun 23;(88):1–8.
- Greidinger EL, Hoffman RW. Antinuclear Antibody Testing: Methods, Indications, and Interpretation. Lab Med. 2003 Feb 1;34(2):113–7.
- Olsen NJ, Karp DR. Autoantibodies and SLE—the threshold for disease. Nat Rev Rheumatol. 2013;10(3):181–6.
Seorang dokter, saat ini sedang menjalani pendidikan dokter spesialis penyakit dalam FKUI. Peminat berbagai topik sejarah dan astronomi.
Comments 16
Halo dok. Mau tanya, 10 tahun yg lalu sy ada masalah dengan saraf mata dan setelah macam2 tes diagnosanya Sjogren’s Syndrome, diberi pengobatan obat makan. Belakangan mata sudah kembali normal, obat habis, keluhan tidak ada, jadi sy ga konsul ke dokter auto imunnya lagi (karena kuliah di luar kota, jarang pulang Jkt.
Jalan 10 tahun, mata tidak ada keluhan berarti dan cuma kadang badan pegal2 dan sendi nyeri, sering lelah saja. Saya kadang iseng tes Vitamin D (masih insufficient, 20.7) dan kemarin sy tes ANA-IF, hasil positif titer rendah 1/100, pola speckled halus. Apakah melihat hasil tsb, sy sebaiknya konsul dokter / tes darah lanjutan / biarkan saja? sejauh ini gejala pegal2 masih terkontrol, tidak ada keluhan yg mengganggu sekali. Tksh.
Selamat pagi dokter. Info di artikelnya sangat bermanfaat dan menarik. Izin bertanya, utk skrining autoimun apakah cukup tes ANA saja dokter? Karena saya ada riwayat ayah (Hashimoto Thyroiditis) dan kakek (Anemia Aplastik) yg juga menderita autoimun. Terima kasih atas tanggapannya
Author
Untuk autoimun tidak ada screening. Bahkan kalau tidak ada gejala tidak perlu periksa. Tetap pegangannya adalah gejala dan pemeriksaan pun tergantung dari penyakit autoimun yang disangkakan.
Hi dok, saya pernah keguguran, jadinya memutuskan untuk cek darah, ANA IF nya pola discreate nucklear dots 1:100. Setelah cek ANA profile, bagian PCNA nya ada di (+). Apakah saya mengidap autoimun/lupus? Ada pengobatan khusus kah jika saya sedang hamil?
Author
Tidak terlalu tinggi ya titernya. Nah, tentu mesti dilihat seberapa kali kegugurannya. Kalau ternyata >2 kali, perlu evaluasi beberapa hal seperti penyakit infeksi, diabetes, atau autoimun.
Sebenarnya kalau autoimun sebelum ke lupus dicari dulu yg antifosfolipid syndrome. Kalau antifosfolipid sindrom positif, kita lihat profil pembekuan darah dan kita cari juga kaitannya dengan SLE.
Jadi terus terang, dari hasil ini saya sih belum pasti ibu memiliki penyakit lupus. Mesti lihat dulu antifosfolipid sindrom, kalau positif baru lihat ke hasil tes ANA ini. Positif pun juga harus lihat cek komplemen dan anti ds-DNA nya.
Author
Adapun kalau memang ternyata antifosfolipid sindrom yang disebabkan lupus maka lupusnya harus terkontrol (remisi). Adapun saat hamil, bisa dipertahankan dengan pemberian obat-obatan pengencer darah seperti aspirin, atau kalau perlu ditambah antikoagulan seperti heparin atau enoxaparin.
Saya kan habis cek lab yg ANA profile hasilnya tuh negatif semua dok.. tpi yg control (ko) itu positif maksudnya gimana ya dok
Author
Gak apa-apa. Kontrol positif artinya alatnya bekerja. Itu sebagai benchmark memastikan kalau hasil negatif bukan karena alatnya gak bisa bekerja.
Terimakasih banyak atas respon cepatnya dok,
Jujur saya masih bingung, saya autoimunnya ke arah apa? ke AIHA atau lupus?
Mohon arahannya dok, apa yg musti saya lakukan?
misalnya jika harus dilanjutkan dengan pemeriksaan, ke dokter apa? apakah kembali lagi ke dokter Hematologi onkologi, atau dokter autoimun?
Oya, menurut diagnosa dokter pencetus saya asma
Author
Dilihat anti dsDNA, ANA, sama komplemennya. Kalau tes-tes itu mengarah ke SLE, berarti lupus. Kalau nggak, ya AIHA primer
Siang dok, maaf mau tanya
Januari 2020 HB saya 4,4, Hasil Direct Cooomb Test 2+, saya dirawat 10 hari di RS, Hasil ANA-IF saya 1: 100 (borderline), Hasil Anti-dsDNA-NcX negative, Diagnosa Dokter Hematologi onkologi medik saya AIHA Anemia Hemolitik. Setahun kemudian 18 Maret 2021 saya test ANA Profile hasilnya Histones HI (+) (borderline).
Pertanyaannya, apakah saya mengidap autoimun? autoimunnya ke arah apa? Terimakasih atas waktunya untuk menjawab pertanyaan saya dok
Author
Iya autoimun. AIHA itu penyakit autoimun. Bisa penyakit sendiri atau bagian dari penyakit autoimun lain misalnya lupus.
Gejalanya sendi2 lutut dan pergelangan tangn terasa pegel n nyeri dok..
Author
Tinggal sudah berapa lama sama titer ANA berapa. Antara lupus atau artritis reumatoid. Sepertinya dokter yang memeriksa sudah bisa menyimpulkan. Kalau saya sih hanya bisa mengira-ngira karena tidak bisa memeriksa langsung.
Dok saya baru2 ini d vonis ANa posifit dan RNp/SM juga positif..
Ni apa memang berkaitan dgn penyakit lupus SLE?
Author
Yang penting gejalanya apa. Kalau sehat tidak bergejala cuma ANA positif terutama titernya rendah ya gak masalah. Jadi, sebelum bicara pemeriksaan, gejala dan apa yang dialami itu lebih penting.