Saat ini sedang digalakan pemberian vaksin Covid-19. Banyak pertanyaan seputar pemberian vaksin ini. Berikut disajikan beberapa pertanyaan seputar vaksin Covid-19 beserta jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sumber dari jawaban dari pertanyaan ini berasal dari file yang disuguhkan dari PAPDI. Untuk file asli dapat didapat di tautan ini adapun mengenai tatalaksana Covid-19 dapat disimak di tautan ini.
Daftar Isi
Pertanyaan Seputar Efektivitas Vaksin Covid-19
Suntikan pertama sudah meningkatkan antibodi tetapi kadarnya masih rendah. Contohnya adalah vaksin Sinovac, suntikan pertama hanya membentuk antibodi dengan kadar separuh dari pada setelah suntikan kedua. Selain itu, titer antibodi yang dapat menetralisir virus baru terbentuk maksimal setelah 14 hari pascasuntikan vaksin yang kedua. Jadi suntikan kedua dibutuhkan agar mencapai efek perlindungan yang diharapkan.
Dosis Sinovac yang diberukan termasuk ke dalam kategori medium. Pada uji klinis tahap II, efektivitas dosis tinggi tidak terlalu berbeda hasilnya dengan dosis medium namun efek sampingnya lebih banyak. Pada dasarnya kelebihan dosis dapat menyebabkan peningkatan kejadian efek samping namun tidak berbahaya.
Sampai saat ini masih belum ditentukan apakah semua vaksin Covid-19 dapat ditentukan adanya keperluah booster. Hal ini dikarenakan memerlukan pengamatan titer antibodi yang panjang dan sampai saat data yang dibutuhkan belum banyak didapat.
Sampai saat ini WHO masih berpendapat reagen untuk tes serta vaksin yang digunakan sekarang masih efektif dalam deteksi dan proteksi Covid-19 termasuk untuk varian mutan.
Setelah vaksinasi tetap harus melaksanakan protokol kesehatan. Vaksinasi bukan menggantikan protokol kesehatan. Jika penularan Covid-19 dianggap sudah terkendali, pemerintah akan memberi petunjuk untuk mengurangi protokol kesehatan.
Setelah penyuntikan pertama, 14 hari setelahnya sudah terjadi serokonversi dan seroproteksi. Untuk vaksin Sinovac, titer antibodi paling tinggi dicapai 14 hari setelah tindakan kedua sehingga mampu mengurangi risiko penularan Covid-19.
Imunitas seluler berperan dalam eliminasi SARS-CoV-2 terutama dari sel yang terinfeksi virus tersebut. Pada penelitian, imunitas seluler ini diukur dengan melihat sitoki yang dihasilkan sel T helper 1. Jika sel T helper 1 berfungsi dengan baik, biasanya efektivitas vaksin akan tinggi.
Hasil suatu penelitian memang dapat berbeda bila dilakukan di tempat dan waktu yang berbeda meskipun menggunakan vaksin yang sama. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh besarnya subjek dan karakter subjek yang mengikuti penelitian serta virus pada populasi tersebut.
Pertanyaan Seputar Efek Samping Vaksin Covid-19
Pada umumnya semua vaksin yang sedang menjalani uji klinik tahap 3 atau yang sudah mendapat EUA keamanannya baik
Fenomena ADE contohnya adalah pada infeksi demam berdarah atau infeksi Dengue, dimana antibodi yang dihasilkan oleh satu serovar justru akan memperberat penyakit saat orang tersebut terinfeksi serovar yang berbeda. Untuk vaksin Covid-19 sendiri selama ini belum ada laporan mengenai terjadinya ADE. Kejadian ADE ini dipantau pada semua tahap uji klinik terutama pada fase uji hewan coba.
Penerima vaksin jangan langsung pulang, tunggu sekitar 30 menit di ruang pemantauan. Jika terjadi reaksi atau gejala, segera lapor ke petugas. Apabila setelah 30 menit tidak ada keluhan, maka penerima vaksin boleh atau diizinkan untuk pulang.
Anafilaksis dapat terjadi pada pemberian obat dan vaksin apapun. Sebagai standar, kit anafilaksis tentu harus disiapkan setiap memberikan vaksin. Mereka yang pernah mengalami anafilaksis atau reaksi alergi berat harus mendapat pemantauan ketat di tempat yang dianggap mampu mengatasi reaksi alergi tersebut. Mereka yang pada suntikan pertama mengalami anafilaksis tidak akan diberikan suntikan kedua.
Reaksi kemerahan di kulit biasanya akan hilang sendiri, namun boleh diberikan terapi simtomatik.
Efek samping lokal contohnya kemerahan, nyeri pada tempat suntikan, dan bengkak. Efek samping sistemik contohnya sakit kepala, mialgia, fatigue, ada juga yang suhunya naik tetapi tidak tinggi. Efek samping ini umumnya membaik sendiri.
KIPI adalah bagian dari proses vaksinasi yang selalu dipantau pada vaksinasi apapun. Untuk vaksin jenis baru, pemantauan akan lebih ketat karena efek samping yang mungkin timbul pada vaksinasi massal mungkin akan lebih banyak dari pada efek samping yang ditemukan pada uji klinik.
KIPI adalah semua kejadian yang terjadi setelah 28 hari pasca-vaksinasi. Kejadian tersebut dapat berhubungan atau tidak ada hubungannya dengan vaksinasi. Jadi cakupan KIPI lebih luas dari pada efek samping.
KIPI yang dapat terjadi dapat berupa efek samping lokal atau sistemik atau kejadian lain yang terjadi dalam 28 hari setelah vaksinasi.
Pertanyaan Seputar Vaksin Covid-19 pada Kelompok dan Kondisi Khusus
Belum ada data yang cukup tentang keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 pada kelompok ini. Namun, organisasi dokter kebidanan Indonesia menyatakan bahwa vaksinasi bagi ibu hamil boleh asalkan ibu tersebut memahami risiko yang bisa terjadi dan dengan diberikan vaksin jenis virus yang diinaktivasi.
Pasien DM tipe 2 dengan kontrol glikemik yang baik dan tidak sedang dalam kondisi metabolik akut dapat diberikan vaksin Covid-19
Belum ada data, masih menunggu data tentang keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 pada penyintas autoimun sistemik. Untuk vaksin yang lain pada penyakit autoimun sebenarnya para ahli masih mempunyai pendapat yang berbeda.
Hipertensi dengan batasan tekanan darah < 180/110 mmHg (dengan atau tanpa obat).
Pada pasien HIV, vaksin COvid-19 sebaiknya diberikan ketika jumlah CD4 lebih dari 200 sel/mm3 dengan klinis baik dan tidak ada infeksi oportunistik. Kadar viral load tidak menjadi pertimbangan tersendiri.
Jika infeksinya sudah teratasi maka dapat diberikan vaksin Covid-19. Pada infeksi tuberkulosis/TB, pengobatan OAT perlu diberikan minimal 2 minggu sebelum pemberian vaksin Covid-19.
Kelayakan pemberian vaksinasi Coronavac pada orang dengan usia > 59 tahun ditentukan oleh kondisi frailty (kerapuhan) dari orang tersebut, yang diperoleh dari kuesioner RAPUH.
Penyintas Covid-19 jika sudah sembuh minimal 3 bulan, maka dapat diberikan Covid-19.
Orang yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 saat ini tidak direkomendasikan untuk menjadi pendonor terapi plasma konvalesen.
Penerima vaksinasi Sinovac boleh melakukan donor darah setelah 3 hari pasca vaksinasi apabila tidak tidak terdapat efek samping vaksinasi.
Penggunaan obat-obatan rutin tidak berhubungan dengan pembentukan antibodi pasca vaksinasi Coronavac (misalnya statin, antiplatelet, dll)
Pertanyaan Seputar Praktis Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
Sebenarnya boleh, namun karena vaksin baru dan perlu pengamatan lebih ketat untuk KIPI, sebaiknya jangan diberikan bersamaan dengan vaksin lain dulu. Disarankan diberikan jarak minimal 1 bulan. Untuk vaksin hepatitis B, yang diutamakan adalah vaksin pertama dan kedua yang akan meningkatkan antibodi. Suntikan ketiga boleh dimundurkan 1 bulan jika sekiranya bertepatan dengan jadwal vaksin Covid-19.
Suntikan kedua dapat diberikan paling lambat 28 hari setelah suntikan pertama. Jika dilakukan setelah 28 hari kemudian, titer antibodi neutralisasi yang terbentuk mungkin kurang.
Pada vaksinasi untuk masyarakat, pemeriksaan tersebut tidak diperlukan. Pemeriksaan tersebut hanya dilakukan pada uji klinik atau penelitian.
Obat yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, seperti misalnya sitostatika dan steroid dosis tinggi, sebaiknya tidak diberikan vaksin Covid-19.
Kemungkinan imunoglobulin M dan G (IgM dan IgG) akan naik. Dibedakannya melalui anamnesis.
Pemeriksaan kadar antibodi hanya dilakukan pada uji klinik. Pada imunisasi massal tidak perlu dilakukan pemeriksaan kadar antibodi.
Pada prinsipnya sebaiknya vaksin yang digunakan sama. Untuk vaksin dengan jenis yang berbeda, harus ada uji klinik dahulu.
Kita belum mengetahui apakah vaksin Covid-19 memerlukan booster di kemudian hari. Jika memang diperlukan booster, sebaiknya diberikan vaksin dengan merek vaksin yang sama. Jika tersedia vaksin merek yang sama, maka sebaiknya menggunakan dengan platform yang sama (misalnya dengan sesama vaksin dari virus yang diinaktivasi). Penggunaan vaksin disesuaikan dengan ketersediaan serta indikasinya. Sebagai contoh, usia lanjut pilihannya adalag vaksin AstraZeneca, Moderna, atau Pfizer yang berdasarkan uji klinis fase 3 sudah terbukti untuk usia lanjut.
Jika kadar IgG SARS-CoV-2 rendah, dapat diberikan.
Setelah vaksinasi mungkin serologi IgM dan IgG meningkat. Tidak diperlukan pemeriksaan serologi sebelum vaksinasi.
Di botol vaksin biasanya ada penanda yang akan berubah ketika vaksin sudah rusak.
Referensi
- Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A, et al. Pedoman tatalaksana Covid-19. 3rd ed. Burhan E, Susanto AD, Isbaniah F, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, et al., editors. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; 2020.
- Djauzi S, Hasibuan, AS, Yunihastuti E, Koesnoe S, Rengganis I, Karjadi TH, et al. Pertanyaan yang sering ditanyakan tentang vaksin Covid-19: Berdasarkan informasi yang didapat hingga 24 Maret 2021. 2021. Jakarta: PAPDI
Seorang dokter, saat ini sedang menjalani pendidikan dokter spesialis penyakit dalam FKUI. Peminat berbagai topik sejarah dan astronomi.