Sekitar tahun 2018, BPOM Indonesia menyetujui febuxostat untuk bisa dipasarkan di Indonesia. Obat ini sebenarnya sudah lama dipakai sebagai penurun kadar asam urat atau anti-hiperurisemia. Mekanisme kerja obat ini serupa dengan allopurinol yakni sebagai penghambat atau inhibitor xanthine oxidase, dan dapat dipakai sebagai alternatif terapi allopurinol. Bagaimana profil obat ini dan perbandingannya dengan allopurinol? Berikut ulasannya.
Daftar Isi
Struktur Molekul Febuxostat
Febuxostat merupakan inhibitor xanthine oxidase golongan non-purin. Struktur molekul obat ini tidak menyerupai struktur purin maupun pirimidin.
Mekanisme Kerja Febuxostat
Febuxostat merupakan inhibitor enzim xanthine oxidase selektif non purin. Seperti kita ketahui, xanthine oxidase adalah enzim yang terlibat dalam katabolisme purin. Enzim ini mengkatalisasi dua reaksi yang pada akhirnya akan memproduksi asam urat dari hypoxanthine. Febuxostat menghambat dengan kuat enzim ini dengan cara membentuk kompleks yang stabil baik dalam bentuk kompleks tereduksi maupun teroksidasi. Obat ini tidak menghambat enzim lain selain xanthine oxidase yang terlibat dalam jalur katablik nukleotida. Pemberian febuxostat akan mengurangi kadar asam urat baik pada manusia maupun binatang.
Sediaan dan Dosis Febuxostat
Febuxostat dikonsumsi secara oral dengan dosis inisial atau awal 40 mg per hari. Obat ini dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan serta tidak dipengaruhi faktor keasaman lambung misalnya dengan pemberian bersamaan dengan obat antasida. Untuk mencapai target kadar asam urat dalam dua minggu, dosis dapat dinaikan menjadi 80 mg per hari selama pasien tidak memiliki gangguan fungsi ginjal yang berat (CrCl 15 – 29 mL/menit/1,73 m2). Pada pemberian oral ini, bioavailibiltias dapat mencapai >49%. Saat pertama kali diberikan dapat menyebabkan flare gout sehingga disarankan disertakan pemberian profilaksis berupa NSAID dosis rendah atau colchicine dengan pemberian bersama ini dapat berlangsung sampai 6 bulan.
Penggunaan Febuxostat pada Tatalaksana Gout dan Hiperurisemia
Pemberian febuxostat pada pasien gout atau hiperurisemia ditujukan untuk menurunkan asam urat. Posisinya yaitu sebagai alternatif pengganti dari allopurinol ataupun bisa juga sebagai tambahan kombinasi dengan allopurinol. Bagan pemberian terapi febuxostat ini dapat disimak di bagan di bawah ini:
Efek Samping Febuxostat
Efek samping yang umum (terjadi >1% berdasarkan uji klinis) yaitu abnormalitas pemeriksaan fungsi hati, dizziness, atralgia, mual, dan kemerahan pada kulit.
Peringatan dan Risiko Khusus
Gout Flares
Peningkatan kejadian perburukan atau flare pada gout terjadi saat inisiasi pemberian febuxostat. Peningkatan kejadian flare ini akibat reduksi kadar asam urat di darah yang kemudian akan memobilisasi kristal urat di jaringan. Oleh sebab itu, pemberian profilaksis seperti NSAID atau colchicine direkomendasikan diberikan secara bersamaan dengan febuxostat saat inisiasi dan dapat berlangsung sampai enam bulan. Obat ini tidak bisa dimanfaatkan untuk terapi hiperurisemia sekunder atau hiperurisemia asimtomatik.
Kejadian Kardiovaskuler
Dari uji klinis, diketahui bahwa terdapat peningkatan kejadian kematian kardiovaskular, infark miokardial nonfatal, dan stroke pada grup pasien yang mendapatkan febuxostat dibandingkan grup pasien yang mendapat allopurinol. Oleh sebab itu, pemberian obat ini dibatasi hanya untuk pasien dimana allopurinol tidak efektif atau mengalami efek allopurinol yang berat.
Efek Febuxostat ke Hati
Pada uji klinis, terdapat laporan terjadinya abnormalitas fungsi hati seperti peningkatan transaminase lebih dari tiga kali batas atas normal. Walaupun belum ada bukti bahwa secara klinis tidak signifikan, direkomendasikan untuk memeriksa maupun memantau parameter fungsi hati bagi pasien yang diberikan febuxostat maupun yang mengalami gejala atau penyakit gangguan fungsi hati.
Kontraindikasi Pemberian Febuxostat
Febuxostat tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapatkan terapi azathioprine atau mercaptopurone. Hal ini dikarenakan inhibisi xanthine oxidase akan meningkatkan risiko toksisitas serius misalnya kejadian myelosupresi.
Efek Samping pada Allopurinol
Salah kelemahan besar dari allopurinol adalah harus disesuaikan dosisnya pada pasien yang menderita gangguan fungsi ginjal atau CKD. Adapun efek samping serius pada allopurinol berupa reaksi kulit, DRESS (drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms), sindrom Stevens-Johnson, dan toxic epidermal necrolysis (TEN). Kejadian efek samping ini terutama meningkat pada pasien dengan CKD.
Kesimpulan
Febuxostat merupakan terapi penurun asam urat nonpurin yang berfungsi menghambat kerja enzim xanthine oxidase. Febuxostat ini dapat dipakai sebagai alternatif pengganti maupun sebagai kombinasi dari allopurinol.
Referensi
- Gerriets V, Jialal I. Febuxostat. [Updated 2020 May 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544239/
Seorang dokter, saat ini sedang menjalani pendidikan dokter spesialis penyakit dalam FKUI. Peminat berbagai topik sejarah dan astronomi.