Terapi hepatitis C perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi khususnya berupa sirosis. Dalam artikel mengenai perjalanan penyakit hepatitis C, jika tidak ditangani, maka infeksi hepatitis C akan menjadi hepatitis kronik. Dalam jangka panjang, hepatitis kronis ini akan menyebabkan keadaan gagal hati yang disebut sirosis dan lebih jauh lagi bisa menyebabkan kanker hati. Saat ini telah muncul golongan baru obat hepatitis C yang memiliki tingkat kesembuhan dan keamanan yang lebih baik dari generasi sebelumnya.
Daftar Isi
Tujuan dari Terapi Hepatitis C Kronik
Tujuan pengobatan hepatitis C adalah kesembuhan yang diukur dengan sustained virological response (SVR). SVR yang dimaksud dimana virus tidak terdeteksi pada saat 12 minggu (SVR12) dan 24 minggu (SVR24) setelah diselesaikannya terapi.
SVR ini berhubungan dengan kesembuhan dan kecil sekali kemungkinan virus untuk muncul kembali (relaps). Jika SVR tercapai, akan kita jumpai nilai transaminase (SGOT/SGPT) yang normal serta perbaikan atau hilangnya nekroinflaamsi dan fibrosis pada penderita yang belum mencapai tahap sirosis.
Pada penderita dengan sirosis, derajat fibrosis dapat membaik dan risiko komplikasi seperti hipertensi portal dan gagal hati akan berkurang setelah tercapainya SVR. Risiko kanker hati juga berkurang (pada sirosis) walaupun tidak dapat dihilangkan sepenuhnya terutama pada penderita dengan sindrom metabolik, konsumsi alkohol, serta koinfeksi dengan hepatitis B.
Dengan demikian, dengan tercapainya SVR, diharapkan:
- Mencegah komplikasi hepatic maupun ekstrahepatik
- Meningkatkan kualitas hidup dan membuang stigma di masyarakat
- Mencegah penularan infeksi hepatitis C
Secara teknis setiap pasien hepatitis C kronis yang diobati dapat mencapai SVR12, yaitu secara teknis tidak terdeteksi HCV dengan mematok angka minimal jumlah virus yang dapat terdeteksiyaitu < 15 IU/mL. Namun, di tempat dimana tidak dijumpai alat pendeteksi virus yang sensitif (nilai batas bawah < 1000 IU/mL), maka SVR yang dijadikan patokan adalah SVR24.
Pemeriksaan HCV-RNA dan Genotip HCV sebelum Terapi
Sebelum dimulainya terapi perlu pemeriksaan kuantitaif HCV-RNA. Disarankan menggunakan pemeriksaan dengan hasil dilaporkan dalam satuan IU/mL. Pemeriksaan genotip diperlukan untuk menentukan rejimen dan durasi terapi. Akan tetapi, dengan adanya regimen terapi yang pan genotip, pemeriksaan jenis genotip HCV tidak diwajibkan sebelum memulai terapi. Hal ini terutama bermanfaat di tempat dimana pemeriksaan genotip dapat terlalu membebani pasien.
Kapan Mulai Terapi Hepatitis C?
Terapi pada hepatitis C kronis ditujukan untuk semua pasien baik belum maupun pernah diterapi sebelumnya, menginginkan untuk mendapatkan terapi, dan tidak memiliki kontraindikasi terapi. Namun, terdapat kelompok pasien tertentu yang mendapat prioritas untuk mendapatkan terapi. Secara umum, pasien yang memiliki derajat keparahan yang berat harus diprioritaskan.
Berikut ini adalah kelompok pasien yang menjadi priotitas untuk mendapatkan terapi hepatitis C kronik:
- Pasien dengan fibrosis yang signifikan (METAVIR F2 atau F3) atau sirosis (METAVIR F4), termasuk sirosis dekompensata
- Pasien dengan manifestasi ekstrahepatik yang signifikan seperti cryoglobulinemia dengan vasculitis, nefropati terkait kompleks imun HCV, limfoma non-Hodgkin
- Rekurensi HCV pasca transplantasi hati
- Pasien dengan risiko progresivitas penyakit yang cepat akibat komorbiditas. Contohnya adalah penerima transplantasi organ pada atau stem sel, koinfeksi hepatitis B (HBV), diabetes
- Kelompok yang berisiko menular atau tertular hepatitis C seperti pemakai narkoba suntik (penasun), atau lelaki penyuka lelaki dengan perilaku seksual berisiko tinggi. Pada kelompok tersebut selain dilakukan terapi, diberikan edukasi mengenai risiko reinfeksi dan upaya prepentif setelah berhasilnya terapi.
Pasien dengan sirosis (skor METAVIR F4) atau fibrosis lanjut (skor METAVIR F3) tidak perlu lagi dinilai tingkat fibrosis (fibroscan). SGOT/SGPT juga tidak perlu menjadi patokan karena walaupun nilainya normal, sudah terjadi keadaan fibrosis.
Penilaian kerusakan hati pada pasien yang belum sirosis diutamakan menggunakan metode yang tidak invasif seperti fibroscan atau APRI (aminotransferase (ALT) to platelet ratio index). Pemeriksaan biopsi rutin pada keadaan tersebut tidak dianjurkan dilakukan secara rutin. Pasien dengan sirosis dekompensata yang memiliki indikasi untuk transplantasi hati serta skor MELD ≥18-20 disarankan untuk menjalankan transplantasi dahulu diikuti dengan terapi antiviral setelah transplantasi. Adapun pasien dengan skor MELD ≥18-20 yang sedang dalam proses menunggu transplantasi lebih dari enam bulan disarankan untuk menjalani terapi antiviral terlebih dahulu. Terapi pada umumnya tidak dianjurkan untuk pasien dengan harapan hidup yang rendah akibat komorbidas lain yang diderita.
Terapi Hepatitis C Kronis untuk Pasien Tanpa Sirosis dan Pasien Sirosis yang Terkompensata (Child-Pugh A)
Dikarena efektivitas penyembuhan, mudahnya penggunaan, dan efek samping yang lebih ringan, terapi berbasis DAA menjadi pilihan Utama untuk pengobatan hepatitis C kronik. Pemilihan terapi dan durasi bergantung kepada status sirosis, genotip, komorbid, dan riwayat pengobatan hepatitis C sebelumnya.
Terapi HCV Genotip 1a
Regimen terapi untuk HCV genotip 1a adalah:
- Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg
- Glecaprevir 300 mg/pibrentasvir 120 mg
- Sofosbuvir 400 mg/ledipasvir 90 mg
- Grazoprevir 100 mg/elbasvir 50 mg
- Sofosbuvir 400 mg/daclatasvir 60 mg atau 90 mg pada penderita yang minum ARV efavirenz. Bila ada riwayat terapi sebelumnya, sofosbuvir/daclatasvir ditambah ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg)
Keempat pilihan di atas ini berdasarkan panduan dari EASL 2018, dianggap sama secara efikasi. Urutan di atas tidak menggambarkan superioritas dalam pemilihan terapi. Pilihan kelima berdasarkan ketersediaan obat di Indonesia, dimana tersedia sofosbuvir dan daclatasvir berdasarkan rekomendase EASL tahun 2016. Pada keadaan dimana tidak tersedia kombinasi DAA, maka pilihan terapi adalah kombinasi pegIFN-α (pegIFN-2αa 180 μg/minggu atau pegIFN-2αb 1,5 μg/kg/minggu), ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg), dan sofosbuvir. Berikut ini adalah tabel mengenai durasi terapi untuk HCV genotip 1a.
Regimen | Tanpa sirosis, belum pernah terapi sebelumnya | Tanpa sirosis, pernah terapi sebelumnya | Sirosis CP A, belum pernah terapi sebelumnya | Sirosis CP A, pernah terapi sebelumnya |
---|---|---|---|---|
SOF/VEL | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
GLE/PIB | 8 minggu | 8 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
SOF/LDV | 8-12 minggu | Tidak dianjurkan | 12 minggu | Tidak dianjurkan |
GZR/EBR | 12 minggu (HCV-RNA ≤ 800.000 IU/mL) | 12 minggu (HCV-RNA ≤ 800.000 IU/mL) | 12 minggu (HCV-RNA ≤ 800.000 IU/mL) | 12 minggu (HCV-RNA ≤ 800.000 IU/mL) |
SOF/DCV | 12 minggu tanpa RBV | 12 minggu dengan RBV 24 minggu tanpa RBV | 12 minggu tanpa RBV | 12 minggu dengan RBV 24 minggu tanpa RBV |
PegIFN-α/RBV/SOF | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
Terapi HCV Genotip 1b
Untuk genotip ini, terapi yang dianjutkan adalah
- Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg
- Glecaprevir 300 mg/pibrentasvir 120 mg
- Sofosbuvir 400 mg/ledipasvir 90 mg
- Grazoprevir 100 mg/elbasvir 50 mg
- Ombitasvir (12,5 mg)/paritaprevir (75 mg)/ritonavir (50 mg); ketiganya berupa FDC diminum dua tablet qDay dan dasabuvir 250 mg qDay.
- Sofosbuvir 400 mg/daclatasvir 60 mg atau 90 mg pada penderita yang minum ARV efavirenz dengan atau tanpa ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg)
Lima pilihan teratas tersebut berdasarkan panduan dari EASL 2018, dianggap sama secara efikasi. Urutan di atas tidak menggambarkan superioritas dalam pemilihan terapi. Pilihan keenam berdasarkan ketersediaan obat di Indonesia, dimana tersedia sofosbuvir dan daclatasvir berdasarkan rekomendase EASL tahun 2016. Pada keadaan dimana tidak tersedia kombinasi DAA, maka pilihan terapi adalah kombinasi pegIFN-α (pegIFN-2αa 180 μg/minggu atau pegIFN-2αb 1,5 μg/kg/minggu), ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg), dan sofosbuvir. Berikut ini adalah tabel mengenai durasi terapi untuk HCV genotip 1b.
Regimen | Belum sirosis, belum pernah terapi sebelumnya | Belum sirosis, pernah terapi sebelumnya | Sirosis CP A, belum terapi sebelumnya | Sirosis CP A, pernah terapi sebelumnya |
---|---|---|---|---|
SOF/VEL | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
GLE/PIB | 8 minggu | 8 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
SOF/LDV | 8-12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
GZR/EBR | 8 minggu (F0-F2) 12 minggu (F3) | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
OBV/PTV/r + DSV | 8 minggu (F0-F2) 12 minggu (F3) | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
SOF/DCV | 12 minggu, tanpa RBV | 12 minggu, tanpa RBV | 12 minggu, tanpa RBV | 12 minggu, tanpa RBV |
PegIFN-α/RBV/SOF | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
Terapi HCV Genotip 2
Menurut EASL 2018, ada dua regimen utama untul genotip 2 yaitu
- Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg
- Glecaprevir 300 mg/pibrentasvir 120 mg
Pilihan lain adalah Sofosbuvir 400 mg/daclatasvir 60 mg atau regimen lama yaitu kombinasi pegIFN-α (pegIFN-2αa 180 μg/minggu atau pegIFN-2αb 1,5 μg/kg/minggu), ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg), dan sofosbuvir. Berikut adalah lama durasi terapi untuk regimen terapi HCV genotip 2.
Regimen | Belum pernah terapi sebelumnya, tanpa sirosis | Pernah terapi sebelumnya, tanpa sirosis | Belum pernah terapi sebelumnya, sirosis CP A | Pernah terapi sebelumnya, sirosis CP A |
---|---|---|---|---|
SOF/VEL | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
GLE/PIB | 8 minggu | 8 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
SOF/DCV | 12 minggu, tanpa RBV | 12 minggu, tanpa RBV | 12 minggu, tanpa RBV | 12 minggu, tanpa RBV |
PegIFN-α/RBV/SOF | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
Terapi Hepatitis C (HCV) Genotip 3
Terdapat 3 regimen yang dianjurkan untuk terapi HCV genotip 3 (EASL 2018), yaitu:
- Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg
- Glecaprevir 300 mg/pibrentasvir 120 mg
- Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg/voxilaprevir 100 mg
Alternatif lain adalah sofosbuvir 400 mg/daclatasvir 60 mg atau pegIFN-2αb 1,5 μg/kg/minggu), ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg), dan sofosbuvir. Berikut adalah lama durasi terapi untuk regimen terapi HCV genotip 3.
Regimen | Belum pernah terapi sebelumnya, tanpa sirosis | Pernah terapi sebelumnya, tanpa sirosis | Belum pernah terapi sebelumnya, sirosis CP A | Pernah terapi sebelumnya, sirosis CP A |
---|---|---|---|---|
SOF/VEL | 12 minggu | 12 minggu | Tidak dipakai | Tidak dipakai |
GLE/PIB | 8 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 16 minggu |
SOF/VEL/VOX | Tidak dipakai | Tidak dipakai | 12 minggu | 12 minggu |
SOF/DCV | 12 minggu, tanpa RBV | 12 minggu dengan RBV 24 minggu tanpa RBV | 24 minggu dengan RBV | 24 minggu dengan RBV |
PegIFN-α/RBV/SOF | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
Terapi Hepatitis C (HCV) Genotip 4
Berikut ini adalah empat pilihan terapi menurut EASL 2018 untuk terapi HCV genotip 4:
- Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg
- Glecaprevir 300 mg/pibrentasvir 120 mg
- Sofosbuvir 400 mg/ledipasvir 90 mg
- Grazoprevir 100 mg/elbasvir 50 mg
Alternatif lain adalah sofosbuvir 400 mg/daclatasvir 60 mg atau pegIFN-2αb 1,5 μg/kg/minggu), ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg), dan sofosbuvir. Berikut adalah lama durasi terapi untuk regimen terapi HCV genotip 4.
Regimen | Tanpa sirosis, belum pernah terapi sebelumnya | Tanpa sirosis, pernah terapi sebelumnya | Sirosis CP A, belum pernah terapi sebelumnya | Sirosis CP A, pernah terapi sebelumnya |
---|---|---|---|---|
SOF/VEL | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
GLE/PIB | 8 minggu | 8 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
SOF/LDV | 12 minggu | Tidak dianjurkan | 12 minggu | Tidak dianjurkan |
GZR/EBR | 12 minggu (HCV-RNA ≤ 800.000 IU/mL) | Tidak dianjurkan | 12 minggu (HCV-RNA ≤ 800.000 IU/mL) | Tidak dianjurkan |
SOF/DCV | 12 minggu tanpa RBV | 12 minggu dengan RBV 24 minggu tanpa RBV | 12 minggu tanpa RBV | 12 minggu dengan RBV 24 minggu tanpa RBV |
PegIFN-α/RBV/SOF | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
Terapi HCV Genotip 5 dan 6
Jumlah pasien yang terinfeksi HCV genotip 5 dan 6 terbaats sehingga sedikit subjek untuk penelitian yang dapat dipakai untuk membuat rekomendasi untuk pasien yang telah mengalami sirosis. Berikut ini adalah tiga pilihan terapi menurut EASL 2018 untuk terapi HCV genotip 5 dan 6, yaitu:
- Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg
- Glecaprevir 300 mg/pibrentasvir 120 mg
- Sofosbuvir 400 mg/ledipasvir 90 mg
Alternatif lain adalah sofosbuvir 400 mg/daclatasvir 60 mg atau pegIFN-2αb 1,5 μg/kg/minggu) , ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg), dan sofosbuvir. Berikut adalah lama durasi terapi untuk regimen terapi HCV genotip 5 dan 6.
Regimen | Tanpa sirosis, belum pernah terapi sebelumnya | Tanpa sirosis, pernah terapi sebelumnya | Sirosis CP A, belum pernah terapi sebelumnya | Sirosis CP A, pernah terapi sebelumnya |
---|---|---|---|---|
SOF/VEL | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
GLE/PIB | 8 minggu | 8 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
SOF/LDV | 12 minggu | Tidak dianjurkan | 12 minggu | Tidak dianjurkan |
SOF/DCV | 12 minggu tanpa RBV | 12 minggu dengan RBV 24 minggu tanpa RBV | 12 minggu tanpa RBV | 12 minggu dengan RBV 24 minggu tanpa RBV |
PegIFN-α/RBV/SOF | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu | 12 minggu |
Regimen yang Disederhanakan
Seperti dijelaskan di atas, saat ini mungkin untuk memulai terapi hepatitis C kronik tanpa memeriksa terlebih dahulu genotip virus. Regimen yang diberikan adalah sebagai berikut:
- Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg selama 12 minggu
- Glecaprevir 300 mg/pibrentasvir 120 mg selama 12 minggu
Terapi untuk Sirosis Dekompensata (CP B dan CP C)
Untuk kelompok ini, tidak boleh diberikan regimen interferon karena akan memperburuk kondisi fungsi hati. Selain itu, regimen yang mengandung protease inhibitor ( NS3-4Aprotease inhibitor, seperti ritonavir-boosted paritaprevir, grazoprevir, glecaprevir atau voxilaprevir) juga dikontraindikasikan. Rekomendasi pengobatan untuk kelompok pasien ini adalahs ebagai berikut:
- Terapi dilakukan di fasilitas yang lengkap dan berpengalaman untuk memonitor perburukan fungsi hati
- Untuk infeksi HCV genotip 1,4,5, dan 6 dianjurkan untuk regimen sofosbuvir dan ledipasvir sedangkan untuk semua genotip, dapat diberikan sofosbuvir velpatasvir. Regimen tersebut digabung dengan ribavirin (1000 mg untuk berat badan < 75 kg dan 1200 mg untuk berat badan ≥ 75 kg), diberikan selama 12 minggu
- Ribavirin dapat dimulai dengan dosis 600 mg, dititrasi sampai dosis yang ditoleransi oleh pasien.
- Pasien yang tidak dapat menoleransi ribavirin, dapat diberikan regimen tanpa ribavirin namun durasi pengobatan menjadi 24 minggu.
Kelompok Penderita Khusus
Berikut adalah kelompok penderita khsusu yang membutuhkan konsultasi dan penanganan yang berbeda dari kasus di atas:
- Koinfeksi HBV
- Hepatitis C kronik denganmanifestasi kompleks imun
- Pasien dengan gangguan ginjal, termasuk dengan hemodialisis
- Penerima transplantasi organ padat non hati
- Penerima transplantasi organ dari donor yang positif HCV
- Pengguna narkoba suntuk dan penerima terapi substitusi opioid
- Hemoglobinopati dan gangguan perdarahan
- Remaja dan anak-anak
Kontraindikasi Terapi Hepatitis C Kronik
Hanya sedikit keadaan dimana seseorang tidak dapat memperoleh terapi, khususnya obat golongan DAA. Penggunaan obat-obatan yang dapat mencetuskan enzim cytochrome P450 atau glikoprotein-P seperti kabamazepin dan fenitoin dikontraindikasikan untuk semua regimen karena risiko tinggi kegagalan terapi. Pengobatan dengan regimen protease inhibitor NS3-4A tidak dapat digunakan pada pasien dengans sirosis dekompensata (Child Pugh B dan C) karena risiko toksisitas. Sofosbuvir juga harus digunakan pada keadaan dimana fungsi ginjal (eGFR) < 30 ml/menit/1,73 2 kecuali apabila tidak ada pilihan lain karena farmakokinetik dan profil keamanan sofosbuvir pada gangguan ginjal masih belum diteliti dengan pasti.
Kesimpulan
Saat ini penemuan DAA menjadikan penyakit infeksi hepatitis C menjadi dapat disembuhkan. Selain artikel di atas, terdapat pula video mengenai terapi hepatitis C kronik di bawah ini:
Sumber
- European Association for the Study of the Liver. EASL recommendations on treatment of hepatitis C 2014. J Hepatol. 2014 Aug;61(2):373–95.
- European Association for the Study of the Liver. EASL Recommendations on Treatment of Hepatitis C 2016. J Hepatol. 2017;66(1):153–94.
- European Association for the Study of the Liver. EASL Recommendations on Treatment of Hepatitis C 2018. J Hepatol. 2018 Aug;69(2):461–511.

Seorang dokter, saat ini sedang menjalani pendidikan dokter spesialis penyakit dalam FKUI. Peminat berbagai topik sejarah dan astronomi.